News >> Pendaftaran Santri Baru T/A 2025/2026 Telah dibuka..!!! News >> WhatsApp Center 0896 1819 3344 News >> Bebas biaya pengembangan kelembagaan untuk 10 pendaftar pertama.!!
Mensikapi Rezeki dan Nikmat

Al-Qur`an mengajarkan kepada manusia bagaimana mensikapi rezeki dan nikmat. Hal yang mesti dilakukan pertama kali manusia adalah dengan bersyukur. Syukur adalah simbol dari terima kasih atas apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Tapi yang lebih penting dari itu, syukur adalah sebuah sikap batin dan pengakuan bahwa apa pun yang kita miliki sesungguhnya adalah karena karunia dan kasih sayang Allah, dan bukanlah semata-mata hasil karya dan usaha kita.

Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur dengan firman-Nya dalam Surat Ibrahim ayat 7 :
Waid ta-addana rabbukum, lain syakartum la-aziidannakum, walain kafartum inna `adaabiy lasyadiid.
Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memberitahukan , Sungguh jika kalian bersyukur, niscaya Kami akan menambah nikmat kepada kalian, dan jika kalian mengingkari, sungguh azab-Ku sangat keras.
Betapa banyak nikmat yang Allah telah curahkan kepada kita semua. Bukankah oksigen yang kita hirup setiap saat adalah pemberian gratis Allah yang sangat bernilai harganya, dan itu baru kita rasakan kalau kita sakit dan butuh bantuan oksigen. 

Ternyata satu tabung oksigen harus kita beli dengan harga yang tidak murah. Bukankah kesehatan yang kita rasakan, juga merupakan anugerah besar dari-Nya, dan itu baru kita insafi kalau kita dalam keadaan sakit. Begitu juga panca indera kita yang semuanya berfungsi. 

Bayangkan kalau kita tidak bisa melihat dan mendengar, betapa terbatasnya apa yang bisa kita lakukan dan betapa susahnya menjalani hidup. 

Belum lagi nikmat dan anugerah yang berupa keluarga dan anak-anak yang baik, harta yang kita miliki dan nikmat-nikmat yang lain. Bahkan tidur pun merupakan karunianya yang tiada tara, karena betapa tersiksanya kalau kita tidak bisa tidur untuk waktu yang lama. Dan yang paling berharga tentunya, nikmat iman dan Islam, yang Allah telah tanamkan ke dalam hati kita. Begitu banyaknya rahmat dan nikmat Allah, sehingga kita tidak akan pernah mampu untuk menghitungnya. Allah berfirman : Wain ta`udduu ni`matallaahi, laa tuhsuuhaa (Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah kalian dapat menghitungnya) (Surat Ibrahim 14 : 34).

Melihat dan menyadari begitu banyaknya nikmat yang telah kita terima dari Allah, maka hal yang mesti dan wajib kita lakukan adalah mensyukurinya. 

Diriwayatkan oleh Yahya bin Ya`la dari Abu Khabab, dari Atha` yang berkata, Aku bersama Ubaid bin Umair mengunjungi Aisyah radiyallahu `anha (semoga Allah meridhainya) dan kami berkata kepadanya, Ceritakanlah kepada kami sesuatu yang paling mengagumkan yang Anda lihat pada diri Rasulullah? Aisyah menangis dan bertanya, Adakah yang beliau lakukan yang tidak mengagumkan? Suatu malam beliau datang kepadaku, dan kami tidur hingga tubuh beliau bersentuhan dengan tubuhku. 

Setelah beberapa lama, beliau berkata : Wahai putri Abu Bakar, izinkanlah aku bangun untuk beribadah kepada Tuhanku. 

Aisyah menjawab, Saya senang berdekatan dengan Anda, tapi aku mengizinkannya. Kemudian Nabi bangun, pergi ke kantong air dan berwudhu, lalu salat.

Beliau mulai menangis hingga air matanya membasahi dadanya, kemudian beliau ruku` dan terus menangis, lalu sujud dan terus menangis, lalu mengangkat kepala dan terus menangis. 

Terus menerus beliau dalam keadaan demikian sampai Bilal datang dan memanggil beliau untuk salat subuh. 

Bilal bertanya kepada Nabi, Apakah yang menyebabkan Anda menangis wahai Rasul Allah, sedangkan Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda, baik yang terdahulu maupun yang akan datang? Beliau menjawab, Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?. Bagaimana aku tidak akan menangis sedangkan Allah telah menurunkan ayat ini kepadaku: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang diturunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau menggunakan akal.” (Q.S. Al Baqarah 2: 164). Melihat betapa pentingnya perintah bersyukur ini, Rasulullah pernah berkata kepada Mu`adz bin Jabal (salah seorang sahabatnya), Demi Allah wahai Mu`adz, aku benar-benar mencintaimu. Maka janganlah engkau lupa mengucapkan setiap habis salat,
Allahumma a`inniy, `ala dzikrika, wasy syukrika, wa husni `ibaadatik
Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur atas nikmat-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.

Kalau saja kita mau merenung sejenak, maka terlihatlah bahwa begitu banyak nikmat dan karunia telah Allah berikan kepada kita, sampai-sampai tidak ada celah lagi bagi kita untuk tidak mengakuinya atau mendustakannya. Keluarga yang sakinah, anak-anak yang saleh dan salehah, kekayaan, kesehatan, iman dan islam yang telah Allah curahkan kepada kita. Semuanya merupakan karunia-Nya yang tiada ternilai harganya. 

Allah pun menciptakan bumi dan langit beserta segala isinya semuanya untuk kita, manusia. Semenjak bangun tidur sampai kita tidur kembali penuh dengan nikmat dan karunia Allah. Tapi terkadang kita sering melupakan dan mengingkarinya. 

Allah berfirman, Fabi ayyi `aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan). 

Firman Allah dalam Surat Ar-Rahman ini diulang sampai 31 kali untuk mempertegas betapa banyak nikmat-Nya yang diberikan kepada kita dan betapa kita sering mengingkarinya. Di dalam Surah As-Saba` 34 ayat 13 Allah pun menegaskan bahwa, Dan sedikit sekali di antara hamba-hamba-Ku yang bersyukur.

Perintah Allah untuk mensyukuri nikmat pada hakikatnya merupakan bentuk lain dari nikmat Allah dan kemurahan-Nya kepada hamba. 

Sebab sesungguhnya syukur bukan untuk Allah, tetapi manfaatnya kembali kepada hamba yang bersyukur, baik di dunia maupun di akhirat. 

Allah berfirman dalam Surah Luqman 31 ayat 12, Dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.

- Ustadz Mukhlisin Azis, M.A.

Link Terkait:

Pendaftaran Santri Baru
Powered by Blogger.
Informasi Pendaftaran

Informasi Registrasi Jalur Mandiri

Informasi Registrasi Jalur Waiting List

Informasi BOP

Informasi Tes Masuk

Cara Bayar Syahriyyah/SPP
Sarana Prasarana Pondok

Extra Kulikuler Santri

Berita Pondok

Dokumentasi Kegiatan

Dokumentasi Muwakkif

Lain-Lain